Tugas 1
1.
Pengertian Psikoterapi
Psikoterapi berasal dari dua
kata, yaitu “psyche” yang berarti “jiwa” dan “therapy” yang berarti
“pengobatan”. Jadi “psikoterapi” berarti “pengobatanjiwa” .
Menurut Lewis R. Wolberg
(1977)
Psikoterapi adalah perawatan dengan
menggunakan alat-alat psikologik terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan
emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan profesional dengan
pasien, yang bertujuan :
(1) Menghilangkan, mengubah atau
menurunkan gejala-gejala yang ada.
(2) Memperantaraiperbaikanpolatingkahlaku
yang terganggu, dan
(3) Meningkatkan pertumbuhan serta
mengembangkan kepribadian yang positif.
Psikoterapi adalah suatu intervensi
interpersonal, relational yang digunakan oleh psikoterapis untuk membantu pasien
atau klien dalam menghadapi problem-problem kehidupannya. Biasanya hal ini meliputi
peningkatan perasaan sejahtera individual dan mengurangi pengalaman subjektif
yang tidak nyaman. Psikoterapis memakai suatu batasan tehnik-tehnik yang
berdasarkan pengalamannya membangun hubungan, perubahan dialog, komunikasi dan perilaku
dan dirancang untuk memperbaiki kesehatan mental pasien atau klien, atau memperbaiki
hubungan kelompok (seperti dalam keluarga).
1.1 Tujuan Psikoterapi
Psikoterapi
didasarkan pada fakta bahwa aspek-aspek mental manusia seperti cara berpikir,
proses emosi, persepsi, believe system, kebiasaan dan pola perilaku bisa diubah
dengan pendekatan psikologis. Tujuan psikoterapi antara lain:
·
Menghapus, mengubah atau mengurangi
gejala gangguan psikologis.
·
Mengatasi pola perilaku yang
terganggu.
·
Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian yang positif.
·
Memperkuat motivasi klien untuk
melakukan hal yang benar.
·
Menghilangkan atau mengurangi
tekanan emosional.
·
Mengembangkan potensi klien.
·
Mengubah kebiasaan menjadi lebih
baik.
·
Memodifikasi struktur kognisi
(pola pikiran).
·
Memperoleh pengetahuan tentangdiri
/ pemahamandiri.
·
Mengembangkan kemampuan berkomunikasi
dan interaksisosial.
·
Meningkatkan kemampuan dalam mengambil
keputusan.
·
Membantu penyembuhan penyakit
fisik.
·
Meningkatkan kesadaran diri.
·
Membangun kemandirian dan ketegaran
untuk menghadapi masalah.
·
Penyesuaian lingkungan sosial
demi tercapai perubahan dan masih banyak lagi.
1.2 Unsur Psikoterapi
Masseman (1984) melaporkan delapan “parameter
pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi,
yaitu :
·
Peran sosial (martabat)
·
Hubungan I persekutuan tarapeutik
·
Hak
·
Retrospeksi
·
Reduksi
·
Rehabilitasi, memperbaiki gangguan perilaku berat
·
Resosialisasi
·
Rekapitulasi
1.3 Perbedaan Antara Psikoterapi dan Koseling
Konseling
|
Psikoterapi
|
|
<intensif
|
>intensif
|
|
Preventif
|
Kuratif /
reapartif
|
|
Fokus : edukasi,
vocational, perkembangan
|
Fokus : remedial
|
|
Setting : sekolah,
industri, social work,
|
Setting : rumah sakit,
klinik, praktek pribadi,
|
|
Jumlah intervensi<
|
Jumlah intervensi>
|
|
Supportive
|
Reconstructive
|
|
Penekanan “normal”
/ masalah ringan
|
Penekanan
“disfungsi” / masalah berat
|
|
Short term
|
Long term
|
Corsini :
Teknik2 / proses2
secara kualitatif sama, tetapi secara kuantitatif berbeda
Persentase waktu yang digunakan oleh konselor & psikoterapis
dalam aktivitas profesionalnya :
Proses
|
Konseling (%)
|
Psikoterapi (%)
|
|
listening
|
20
|
60
|
|
questioning
|
15
|
10
|
|
Evaluating
|
5
|
5
|
|
interpreting
|
1
|
3
|
|
Supporting
|
5
|
10
|
|
Explaining
|
15
|
5
|
|
Informing
|
20
|
3
|
|
Advising
|
10
|
3
|
|
Ordering
|
9
|
1
|
1.4 Pendekatan terhadap Illness
Menurut J.P. Chaplin ada beberapa
pendekatan psikoterapi terhadap mental illness, yaitu :
·
Biological
Keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin
Keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin
·
Psychological
Suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
Suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
·
Sosiological
Kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
Kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
·
Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.
2.
Terapi Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah sebuah model
perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode
psikoterapi. Psikoanalisis berasal dari uraian tokoh psikoanalisa yaitu Sigmund
Freud yang mengatakan bahwa gejala neurotic pada seseorang timbul karena
tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan
ingatan yang ditekan, ingatan mengenai hal-hal yang traumatic dari pengalaman
seksual pada masa kecil. Selain itu, Freud juga mengatakan bahwa perilaku
manusia ditentukan oleh kekuatan irasional yang tidak disadari dari dorongan
biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa lima tahun pertama
dalam kehidupannya.
2.1 Konsep Dasar Teori Psikoanalisis tentang Kepribadian
1.
struktur
kepribadian
·
id
·
ego
·
super
ego
2.
pandangan
tentang sifat manusia
·
pandangan freud tentang
sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik dan
reduksionistik
3.
kesadaran
& ketidaksadaran
·
konsep
ketaksadaran
Ø mimpi2 →
merupakan representative simbolik dari kebutuhan2, hasrat2 konflik
Ø salah ucap /
lupa → terhadap nama yang dikenal
Ø sugesti pascahipnotik
Ø bahan2 yang
berasal dari teknik2 asosiasi bebas
Ø bahan2 yang berasal dari teknik proyektif
4.
Kecemasan
·
Adalah
suatu keadaan yg memotifasi kita untuk berbuat sesuatu
Fungsi
→ memperingatkan adanya ancaman bahaya
·
3
macam kecemasan
Ø Kecemasan realistis
Ø Kecemasan
neurotic
Ø Kecemasan moral
2.2 Unsur-unsur Terapi
1. Muncul
gangguan
Terapis
berusaha memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan dari
klien, untuk lebih mengenal karakteristik penyebab gangguan tersebut, kemudian
terapis memperkuat konidis psikis dari diri klien, shingga apabila klien
mengalami gangguan yang serupa diri klien akan lebih siap menghadapi dan
mencari solusi dengan cepat.
2. Tujuan
terapi
Terfokus
kepada upaya penguatan diri klien, agar dikemudian hari apabila klien mengalami
problem yang sama maka klien akan lebih siap.
3. Peran
terapis
Membantu
klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melaukukan
hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis, membangun
hubungan kerja dengan klien dengan banyak mendengar dan menafsirkan, terapis
memebrikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien, mendengarkan
kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien.
2.3 Teknik-teknik Terapi
1.
Asosiasi bebas
→ adalah
suatu metode pemanggilan kembali pengalaman2 masa lalu & pelepasan emosi2 yang
berkaitan dengan situasi2 traumatik di masa lalu
2. Penafsiran
→ Adalah suatu prosedur dalam
menganalisa asosiasi2 bebas, mimpi2, resistensi2 dan transferensi
* bentuk
nya = tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien
makna2 t.l
3. Analisis Mimpi
→ Suatu prosedur yg penting
untuk menyingkap bahan2 yg tidak disadari dan memberikan kepada klien atas
beberapa area masalah yang tak terselesaikan
4. Analisis dan Penafsiran
Resistensi
→ Ditujukan untuk membantu
klien agar menyadari alasan2 yang ada dibalik resistensi sehingga dia bisa
menanganinya
5. Analisis & Penafsiran
Transferensi
→ Adalah teknik utama dalam
Psikoanalisis karena mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lalu nya
dalam terapi
3.
Terapi Humanistik Eksistensial
Istilah psikologi humanistik (Humanistic
Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun
1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari
alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual
dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud
adalah psikoanalisis dan behaviorisme.Maslow menyebut psikologi humanistik
sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).
Meskipun tokoh-tokoh psikologi humanistik memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world) dan menyadari penuh akan keberadaannya (Koeswara, 1986 : 113). Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Sebaliknya, para filsuf eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya, dalam hal ini “pilihan” menjadi evaluasi tertinggi dari tindakan yang akan diambil oleh seseorang.
Teori eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Banyak para ahli psikologi yang berorientasi eksistensial,mengajukan argumen menentang pembatasan studi tingkah laku pada metode-metode yang digunakan oleh ilmu alam.
Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan.Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya eksistensial-humanistik memusatkan perhatian pada filosofis yang melandasi terapi.Pendekatan atau teori eksistensial-humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesama yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia.Pendekatan eksistensial-humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, sentral memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi.Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya. Pendekatan eksistensial secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia – kesadaran diri dan kebebasan yang konsisten.Pendekatan Eksistensial-humanistik berfokus pada diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia.Pendekatan Eksistensial-Humanistik dalam konseling menggunakan sistem tehnik-tehnik yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli.Pendekatan terapi eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.
Meskipun tokoh-tokoh psikologi humanistik memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world) dan menyadari penuh akan keberadaannya (Koeswara, 1986 : 113). Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Sebaliknya, para filsuf eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya, dalam hal ini “pilihan” menjadi evaluasi tertinggi dari tindakan yang akan diambil oleh seseorang.
Teori eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Banyak para ahli psikologi yang berorientasi eksistensial,mengajukan argumen menentang pembatasan studi tingkah laku pada metode-metode yang digunakan oleh ilmu alam.
Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan.Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya eksistensial-humanistik memusatkan perhatian pada filosofis yang melandasi terapi.Pendekatan atau teori eksistensial-humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesama yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia.Pendekatan eksistensial-humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, sentral memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi.Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya. Pendekatan eksistensial secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia – kesadaran diri dan kebebasan yang konsisten.Pendekatan Eksistensial-humanistik berfokus pada diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia.Pendekatan Eksistensial-Humanistik dalam konseling menggunakan sistem tehnik-tehnik yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli.Pendekatan terapi eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.
3.1 Konsep Dasar Teori Humanistik Eksistensial
1.KesadaranDiri
Manusia memiliki kesanggupan untuk
menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang
memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri
seorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesadaran
untuk memilih alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas didalam
kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.Kebebasan
memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab.Para ekstensialis menekan
manusia bertanggung jawab atas keberadaandannasibnya.
2. Kebebasan, tanggung jawab, dan
kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan
tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada
manusia.Kecemasan ekstensial bisa diakibatkan atas keterbatasannya dan atas
kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing).Kesadaran atas kematian
memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesasaran
tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang
terbatas untuk mengaktualkan potensi-potensinya. Dosa ekstensial yang juga
merupakan bagian kondisi manusia. Adalah akibat dari kegagalan individu untuk
benar-benar menjadi sesuatu sesuai dengan kemampuannya.
3. Penciptaan Makna
Manusia itu unik dalam arti bahwa
ia berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan
memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi
kesendirian (manusia lahir sendirian dan mati sendirian pula). Walaupun pada
hakikatnya sendirian, manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan
sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk rasional.
Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan
kondisi-kondisi isolasi dipersonalisasi, alineasi, keterasingan, dan
kesepian.Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan
potensi-potensi manusiawinya. Sampai tarap tertentu, jika tidak mampu
mengaktualkan diri, ia bisa menajdi “sakit”.
3.2 Unsur-unsur Terapi
a.
Munculnya gangguan
Ketika kondisi-kondisi
inti manusia mulai berubah, serta munculnya kecemasan-kecemasan terus-menerus,
tidak bisa mengaktualisasikan potensi diri, dan tidak bisa menyadari
potensi-potensi diri yang dimiliki
b. Tujuan terapi
·
Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan diri dan
pertumbuhan
·
Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi
pribadi dalam membentuk klien
·
Membantu klien dalam menemukan dan menggunakan kebebasan
memilih dan memperluas kesadaran diri
·
Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah
kehidupan sendiri
c. Peran terapi
·
Terapis berusaha untuk menekankan dan mendahulukan
pemahaman (insight) klien agar bisa masuk ke dalam alam bawah sadar klien
·
Kemudian terapis mulai memberikan stimulus berupa
sugesti-sugesti kepada klien tentang potensi diri yang dimiliki
3.3 Teknik-teknik Terapi
a. Klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam
memberikan klien pemahaman baru dan restrukrisasi nilai dan sikap mereka untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas
b. Klien dibantu dalam mengidentifikasi dan
mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia
c. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar
eksistensi mereka diterima
d. Klien diajak untuk berfokus untuk bisa melaksanakan
apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka, kemudian klien didorong
untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang konkrit, klien biasanya
akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki
tujuan
4.
Person Centered Therapy (Rogers)
Carl Rogers adalah psikolog
humanistik kebangsaan Amerika yang berfokus pada hubungan tarapeutik dan
mengembangkan metode baru terapi berpusat pada klien. Rogers adalah salah satu
individu yang pertama kali menggunakan istilah klien bukan pasien. Terapi berpusat
pada klien berfkous pada peran klien, bukan ahli terapi, sebagai proses kunci
penyembuhan. Rogers yakin bahwa setiap orang menjalani hidup di dunia secara
berbeda dan mengetahui pengalaman terbaiknya. Menurut Rogers, klien benar –
benar “berupaya untuk sembuh” dan dalam hubungan ahli terapi – klien yang
suportif dan saling menghargai, klien dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Klien
berada di posisi terbaik untuk mengetahui pengalamannya sendiri dan memahami
pengalamannya tersebut. Untuk memperoleh harga dirinya dan mencapai aktualisasi
diri tersebut.
4.1 Konsep Dasar Pandangan Rogers tentang Kepribadian
Berbagai istilah dan konsep yang muncul dalam penyajian teori
Rogers mengenai kepribadian dan perilaku yang sering memiliki arti yang unik
dan khas dalam orientasi sebagai berikut :
1.
Pengalaman
Pengalaman mengacu pada dunia pribadi individu. Setiap saat,
sebagian dari hal ini terkait akan kesadaran. Misalnya, kita merasakan tekanan
pena terhadap jari – jari kita seperti yang kita tulis. Beberapa mungkin sulit
untuk membawa ke dalam kesadaran, seperti ide, “Aku orang yang agresif”.
Sementara kesadaran masyarakat yang sebenarnya dari total lapangan pengalaman
mereka mungkin terbatas, setiap individu adalah satu – satunya yang bisa tahu
itu seluruhnya.
2.
Realitas
Untuk tujuan psikologis, realitas pada dasarnya adalah dunia
pribadi dari persepsi individu, meskipun untuk tujuan sosial realitas terdiri
dari orang – orang yang memiliki persepsi tingkat tinggi kesamaan antara
berbagai individu. Dua orang akan setuju pada kenyataan bahwa orang tertentu
adalah politisi. Satu melihat dirinya sebagai seorang wanita baik yang ingin
membantu orang dan berdasarkan kenyataan orang menilai untuk dirinya.
Kenyataannya orang lain adalah bahwa politisi menyisihkan uang untuk rakyat
dalam memiliki tujuan untuk memenangi hati dari rakyat. Oleh karena itu orang
ini memberi suara padanya (wanita). Dalam terapi, di sebut sebagai merubah
perasaan dan merubah persepsi.
3.
Organisme Bereaksi sebagai
Terorganisir yang utuh
Seseorang mungkin lapar, tetapi karena harus menyelesaikan laporan.
Maka, orang tersebut akan melewatkan makan siang. Dalam psikoterapi, klien
sering menjadi lebih jelas tentang apa yang lebih penting bagi mereka. Sehingga
perubahan perilaku di arahkan dalam tujuan untuk di klasifikasikan. Seorang
politisi dapat memutuskan untuk tidak mrncalonkan diri untuk mendapatkan
jabatan karena ia memutuskan bahwa kehidupan keluarganya lebih penting dari
pada mencalonkan diri sebagai pejabat.
4.
Organisme mengaktualisasi
kecenderungan (The Organism Actualizing Tendency)
Ini adalah prinsip utama dalam tulisan – tulisan dari Kurt
Goldstein, Hobart Mowrer, Harry Stack Sullivan, Karen Horney, dan Andras
Angyai. Untuk nama hanya beberapa. Perjuangan untuk mengajarkan anak dalam
belajar jalan adalah sebuah contoh. Ini adalah keyakinan Rogers dan keyakinan
sebagaian besar teori kepribadian yang lain. Di beri pilihan bebas dan tidak
adanya kekuatan eksternal. Individu lebih memilih untuk menjadi sehat daripada
sakit, untuk menjadi independen dari pada bergantung. Dan secara umum untuk
mendorong pengembangan optimal dari organisme total.
5.
Frame Internal Referensi
Ini adalah bidang persepsi individu. Ini adalah cara dunia muncul
dan sebuah makna yang melekat pada pengalaman dan melibatkan perasaaan. Dari
titik orang memiliki pusat pandangan. Kerangka acuan internal memberikan
pemahamana sepenuhnya tentang mengapa orang berperilaku seperti yang mereka
lakukan. Hal ini harus di bedakan dari penilaian eksternal perilaku, sikap, dan
kepribadian.
6.
Konsep Diri
Istilah – istilah mengacu pada gesalt, terorganisir konsisten,
konseptual terdiri dari persepsi karakteristik “I” atau “saya” dan persepsi
tentang hubungan dari “I” atau “Aku” kepada orang lain dan berbagai aspek kehidupan,
bersama dengan nilai – nilai yang melekat pada persepsi ini. Menurut Gesalt
kesadaran merupakan cairan dan proses perubahan.
7.
Symbolization
Ini adalah proses di mana individu menjadi sadar. Ada kecenderungan
untuk menolak simbolisasi untuk pengalaman berbeda dengan konsep dirinya.
Misalnya, orang – orang menganggap dirinya benar akan cenderung menolak
simbolisasi tindakan berbohong. Pengalaman ambigu cenderung di lambangkan
dengan cara yang konsisten dengan konsep diri. Seorang pembicara kurang percaya
diri dapat di lambangkan khalayak diam sebagai terkesan, orang yang percaya
diri dapat melambangkan sebuah kelompok yang penuh perhatian dan tertarik.
8.
Penyesuaian Psikologis &
Ketidakmampuan Menyesuaikan diri
Hal ini mengacu pada konsistensi, atau kurangnya konsistensi,
antara pengalaman individu sensorik dan konsep diri. Sebuah konsep diri yang
mencakup unsur – unsur kelemahan dan ketidaksempurnaan memfasilitasi
simbolisasi dari pengalaman kegagalan. Kebutuhan untuk menolak atau mendistorsi
pengalaman seperti tidak ada dan karena itu menumbuhkan kondisi penyesuaian
psikologis.
9.
Organismic Valuing Process
Ini adalah proses yang berkelanjutan di mana individu bebas
bergantung pada bukti indra mereka sendiri untuk membuat penilaian. Hal ini
yang berbeda dengan sistem fixed menilai intrijected di tandai dengan
“kewajiban” dan “keharusan” dan juga dengan apa yang seharusnya benar / salah.
Proses menilai organismic konsisten dengan hipotesis.
10.
The Fully Functioning Person
Rogers mendefinisikan mereka
yang bergantung pada Organismic valuing process seperti Fully functioning
person. Dapat mengalami semua perasaan mereka, ketakutan, memungkinkan
kesadaran bergerak bebas di dalam pikiran mereka dan melalui pengalaman mereka.
4.2 Unsur-unsur dan teknik-teknik Terapi
1.
Peran Terapis
Menurut Rogers, peran terapis
bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap – sikap mereka,
tidak pada teknik – teknik yang di rancang agar klien melakukan sesuatu.
Penelitian menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang memfasilitasi
perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik – teknik yang
mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai instrument
perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk
tumbuh. Rogers, juga menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari bahasa verbal dan nonverbal klien dan
merefleksikannya kembali. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah
dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis percaya bahwa klien akan
mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin di capainya. Terapis hanya
fasilitator dan kesabaran adalah esensial.
2.
Tujuan Terapis
Rogers
berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan – tujuan atau nilai –
nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi
adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan
jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan – perasaan yang di ungkapkan oleh
pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan – perasaanya yang lebih
dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima
oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata –
kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.
4.3 Teknik-teknik Terapi
Untuk
terapis person – centered, kualitas hubungan terapis jauh lebih penting daripada teknik.
Rogers, percaya bahwa ada tiga kondisi yang perlu dan sudah cukup terapi, yaitu
:
1. Empathy
2. Positive Regard (acceptance)
3. Congruence
Empati adalah kemampuan terapis
untuk merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan pemahaman ini kembali
kepada mereka. Empati adalah usaha untuk berpikir bersama dan bukan berpikir
tentang atau mereka. Rogers mengatakan bahwa penelitian yang ada makin
menunjukkan bahwa empati dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor yang paling
berpengaruh dan sudah pasti merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan
dan pembelajaran.
Positive
Regard yang di kenal juga sebagai akseptansi adalah geunine caring yang mendalam untuk klien
sebagai pribadi – sangat menghargai klien karena keberadaannya.
Congruence
/ Kongruensi adalah kondisi transparan dalam hubungan tarapeutik dengan tidak
memakai topeng atau pulasan – pulasan.
Menurut Rogers perubahan
kepribadian yang positif dan signifikan hanya bisa terjadi di dalam suatu
hubungan.
Sumber :
srini.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/13996/tespengantr-fix.doc
Gunarsa,
S.D. 2007. KonselingdanPsikoterapi. Jakarta:
GunungMulia
Slamet I.S. Suprapti&Sumarmo M. 2008. PengantarPsikologiKlinis. Jakarta : UI-Press
Slamet I.S. Suprapti&Sumarmo M. 2008. PengantarPsikologiKlinis. Jakarta : UI-Press
Gunarsa,
S.D. (1996). Konseling dan Psikoterapi.Jakarta : Gunung Mulia
Gunarsa, Singgih. D. (1996).Konseling dan Psikoterapi.
Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.Surya, M. (2003).Teori-teori Konseling. Bandung:
C.V. Pustaka Bani Quraisy.
Misiak, henryk.2005.psikologi fenomenologi,eksistensial
dan humanistic. Bandung: PT Rafika aditama
Corsini,
R. (2000). CURRENT PSYCHOTHERAPIES. Itasca , Illinois: F.E. PeacockPublishers.
Murad,
J. (2006). Dasar - Dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia.
Semiun,
Y. (2010). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.
Komentar
Posting Komentar