Tugas 2 Jenis Jenis Therapy Psikologi (LogoTherapy, Rational Emotive Therapy, Group Therapy, dan Terapi Prilaku)


1.      Logo Terapi (Frankl)
1. Konsep Dasar
Pandangan Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti. Tentu saja ini merupakan kerangka, di dalamnya segala sesuatu yang lain diatur. Frankl berpendapat bahwa manusia harus dapat menemukan makna hidupnya sendiri dan kemudian setelah menemukan mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah prinsip utama teori Frankl yang dinamakan Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni The freedom of will, The will to meaning, The meaning of life.
Kata “logo” berasal dari bahasa Yunani “logos” yang berarti makna atau meaning dan juga “rohani”. Adapun kata “terapi” berasal dari bahasa Inggris therapy yang artinya penggunaan teknik-teknik menyembuhkan dan mengurangi suatu penyakit. Jadi, kata logoterapi artinya penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui penemuan makna hidup.
Istilah tema utama logoterapi adalah karakteristik eksistensi manusia, dengan makna hidup sebagai inti teori. Menurut Frankl yang paling dicari dan diinginkan manusia dalam hidupnya adalah makna, yaitu makna yang didapat dari pengalaman hidupnya baik dalam keadaan senang maupun dalam penderitaan.
2. Unsur-unsur Terapi
·         Munculnya Gangguan
a. Neurosis somatogenik, yaitu gangguan perasaan yang berkaitan dengan ragawi
b. Neurosis psikogenik, yaitu gangguan perasaan yang berasal dari hambatan-hambatan psikis
c. Neurosis noogenik, yaitu gangguan neurosis yang disebabkan tidak terpenuhinya hasrat untuk hidup bermakna
·         Tujuan Terapi
Tujuan utama logoterapi adalah meraih hidup bermakna dan mampu mengatasi secara efektif berbagai kendala dan hambatan pribadi. Hal ini diperoleh dengan jalan menyadari dan memahami serta merealisasikan berbagai potensi sumber daya kerohanian yang dimiliki setiap orang yang sejauh ini mungkin terhambat dan terabaikan.
Selain itu, logoterapi juga bertujuan untuk menolong pasien menemukan tujuan dan maksud dalam hidupnya dengan memperlihatkan bernilainya tanggung jawab dan tugas-tugas tertentu. 
·         Peran Terapis
a. Terapis harus menunjukkan kepada klien bahwa setiap manusia mempunyai tujuan yang unik yang dapat tercapai dengan suatu cara tertentu.
b. Terapis berusaha membuat klien menyadari secara penuh tanggung jawab dirinya dan memberinya kesempatan untuk memilih, untuk apa, kepada apa, atau kepada siapa dia harus bertanggung jawab.
c. Terapis tidak tergoda untuk menghakimi klien-kliennya, karena dia tidak pernah membiarkan seorang klien melemparkan tanggung jawab kepada terapis untuk menghakiminya.
3. Teknik-teknik Terapi
·         Teknik Intensi Paradoksikal (Perlawanan Terhadap Niat)
Teknik ini didasarkan pada dua fakta, yaitu (1) rasa takut bisa menyebabkan terjadinya hal yang ditakutkan (2) keinginan yang berlebihan bisa membuat keingginan tersebut tidak terlaksana.
Dalam kasus-kasus fobia, teknik ini berusaha mengubah sikap penderita yang semula serba takut menjadi akrab dengan objek yang justru ditakutinya. Sedangkan pada kasus-kasus obsesi dan kompulsi, yang biasanya penderita menahan dan mengendalikan secara ketat dorongan-dorongan agar tidak muncul, penderita justru diminta untuk secara sengaja mengharapkan agar dorongan-dorongan itu benar-benar mencetus. 
Intensi paradoksikal juga dapat diterapkan kepada penderita insomnia. Rasa takut tidak bisa tidur memicu keinginan berlebihan untuk tidur, yang malah membuat pasien malah tidak bisa tidur. Untuk mengatasi ketakutan ini, biasanya Frankl menganjurkan si pasien untuk mencoba tidak tidur, tetapi melakukan yang sebaliknya, artinya berusaha sebisa mungkin untuk tetap bangun. Dengan kata lain, keinginan yang sangat besar untuk tidur yang muncul akibat rasa cemas yang diantisipasi bahwa dia tidak bisa tidur, harus diganti dengan keinginan sebaliknya untuk tidak tidur, akibatnya si pasien akan segera tertidur.
Selain itu, teknik ini mempunyai keterbatasan yang perlu diperhatikan, yakni mempunyai kontra indikasi dengan depresi, terutama kasus depresi dengan kecenderungan bunuh diri. Maksudnya, bila teknik ini diterapkan pada kasus depresi dengan keinginan bunuh diri, maka kemungkinan besar justru akan mendorong penderita untuk benar-benar melakukan tindakan bunuh diri. Oleh karena itu, jangan sekali-kali menerapkan teknik ini untuk kasus depresi.
·         Derefleksi
Seperti halnya intensi paradoksikal, teknik derefleksi pun memanfaatkan kualitas-kualitas insani dalam gangguan neurosis. Bedanya, jika intensi paradoksikal memanfaatkan kemampuan mengambil jarak terhadap diri sendiri dan seakan-akan memandangnya dari luar, maka derefleksi memanfaatkan kemampuan transedensi diri yang ada dalam diri setiap orang.
Frankl kemudian mengatakan bahwa refleksi berlebihan bisa diatasi dengan teknik derefleksi. Sebab, jika intensi paradoksikal dirancang untuk mengatasi kecemasan antisipatori, derefleksi dirancang untuk bisa mengatasi kompulsi kepada observasi diri atau pemaksaan ke arah pengamatan diri sendiri. Dengan demikian, jika intensi paradoksikal menggunakan pola right passivity, derefleksi menggunakan pola right activity.
·         Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani merupakan salah satu teknik logoterapi yang mula-mula banyak diterapkan dalam dunia medis, khusunya untuk kasus-kasus somatogenik. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, prinsip-prinsip ini diamalkan juga oleh profesi lain dalam kasus-kasus tragis non-medis yang tak dapat dihindari lagi. Pendekatan ini memanfaatkan kemampuan insani untuk mengambil sikap terhadap keadaan diri sendiri dan keadaan lingkungan yang tak mungkin diubah lagi.
Melalui bimbingan rohani, individu yang menderita didorong ke arah merealisasi nilai-nilai bersikap, menunjukkan sikap positif terhadap penderitaannya, sehingga ia bisa menemukan makna dibalik penderitaannya.
·         Existential Analysis
Teknik ini sangat luas dan luwes, serta memberikan keleluasaan kepada para logoterapis untuk secara kreatif mengembangkan sendiri metode dan teknik-tekniknya.
2.      Rational Emotive Therapy (Ellis)
1.      Konsep Dasar
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep–konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
·         Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
·         Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
·         Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
2. Unsur-unsur Terapi
Unsur disini adalah komponen-komponen yang melekat pada logotherapy ini, ada 3 unsur yang saling berkaitan atau yang ada pada Rational Emotive therapy ini yaitu: Adanya Gangguan, Tujuan dilakukannya Terapi, dan Peran Terapis
Ø  Munculnya masalah/gangguan
Dalam pendekatan konseling rasional emotif, tingkah laku bermasalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Adapun ciri-ciri berpikir irasional adalah :
-          Tidak dapat dibuktikan
-          Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu.
-          Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif.
Ø  Adanya Tujuan terapi
Tujuan terapi ini menurut Ellis, membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih “realistik” yang berarti menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah dan masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka. Sedangkan menurut Mohammad Surya sebagai berikut:
-          Memperbaiki dan mengubah segala perilaku dan pola fikir yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan lebih logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.
-          Menghilangkan gangguan emosional yang merusak.
-          Untuk membangun Self Interest, Self Direction, Tolerance, Acceptance of Uncertainty, Fleksibel, Commitment, Scientific Thinking, Risk Taking, dan Self Acceptance Klien.
Ø  Adanya Peran terapis
Membantu klien mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapinya, sehingga klien dapat secara sadar dan mandiri mengembangkan atau meningkatkan potensi-potensi yang dimilikinya.
3. Teknik-teknik Terapi  
Dalam terapi ini menggunakan berbagi teknik yang bersifat (kognitif, afektif, behavioral) yang disesuaikan dengan kondisi klien.
Ø  Teknik emotif (afektif)Teknik ini digunakan untuk mengubah emosi klien
Ø  Teknik Assertive Training, Untuk melatih, medorong dan membiasakan klien untuk terus menerus menyesuaikan diri dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
Ø  Teknik sosiodrama, Untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan negatif) melalui suasana yang didramatisasikan.
Ø  Teknik self modeling atau diri sebagai model, Untuk meminta klien agar berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
Ø  Teknik imitas, Digunakan dimana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus soal model perilaku tertentu dengan maksud menhadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
Ø  Teknik behavioristik, Hal yang di fokuskan terutama dalam hal upaya modifikasi perilaku negatif klien, dengan mengubah keyakinan yang tidak rasional dan tidak logis.
Ø  Teknik reinforcement / penguatan, Untuk mendorong klien kearah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun punishment/ hukuman.
Ø  Teknik social modeling/ penguatan modeling, Untuk memberikan perilaku-perilaku baru kepada klien.
Ø  Teknik live models/ model dari kehidupan nyata untuk menggambarkan perilaku tertentu.
Ø  Teknik-teknik kognitif, Teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien antara lain:
Ø  Home work assigments (pemberian tugas rumah), Untuk berlatih, membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menurut pola perilaku yang diharapkan.
Ø  Teknik Assertive, Untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan perilaku tertentu yang diharapkan melalui role playing atau bermain peran.
Ø  Bibliotherapy, Untuk membalikkan pola pikir irasional dan ketidaklogisan dalam diri klien yang menyebabkan permasalahan lewat buku-buku. Terapismemilih buku-buku bacaan yang sekiranya dapat membantu konseli dalam mengubah pola pikir irasional menjadi rasional.
3.      Terapi Kelompok (Group Therapy)
1. Konsep Dasar
Terapi Kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih.
2.   Unsur-unsur terapi
Unsur disini adalah komponen-komponen yang melekat pada logotherapy ini, ada 3 unsur yang saling berkaitan atau yang ada pada Terapi Kelompok ini yaitu: Adanya Gangguan, Tujuan dilakukannya Terapi, dan Peran Terapis
Ø  Munculnya gangguan, Terapi kelompok digunakan ketika klien tidak berhasil dalam penanganan secara terapi individu.
Ø  Adanya Tujuan terapi
Ø  Meningkatkan identitas diri
Ø  Menyalurkan emosi dan membagi perasaan antar sesama didalam kelompok terapis
Ø  Meningkatkan keterampilan hubungan sosial
Ø  Meningkatkan kemampuan hidup mandiri
Ø  Adanya Peran terapis, Terapis harus memainkan peranan yang aktif dalam mendorong kelompok untuk mencapai tujuan atau harapannya.
3.   Teknik-teknik Terapi
Berikut sejumlah teknik yang dapat digunakan ketika melaksanakan terapi kelompok :
Ø  Teknik yang melibatkan para anggota
Ø  Teknik yang melibatkan pemimpin
Ø  Menggunakan babak-babak terapeutik
Ø  Teknik sesekali membantu lebih dari satu anggota
Ø  Teknik untuk bekerja dengan Individu secara tidak langsung
Ø  Teknik yang menyebabkan para anggota berbagi pada tingkat lebih pribadi
4.    Terapi Perilaku
1.   Konsep dasar tentang Kepribadian
Berbagai istilah dan konsep yang muncul dalam penyajian teori Rogers mengenai kepribadian dan perilaku yang sering memiliki arti yang unik dan khas dalam orientasi sebagai berikut :
a) Pengalaman
Mengacu pada dunia pribadi individu. Setiap saat, sebagian dari hal ini terkait akan kesadaran. Misalnya, kita merasakan tekanan pena terhadap jari – jari kita seperti yang kita tulis. Beberapa mungkin sulit untuk membawa ke dalam kesadaran, seperti ide, “Aku orang yang agresif”. Sementara kesadaran masyarakat yang sebenarnya dari keseluruhan mereka mungkin terbatas, setiap individu adalah satu – satunya yang bisa tahu itu seluruhnya.
b) Realitas
Untuk tujuan psikologis, realitas pada dasarnya adalah dunia pribadi dari persepsi individu, meskipun untuk tujuan sosial realitas terdiri dari orang – orang yang memiliki persepsi tingkat tinggi kesamaan antara berbagai individu. Dua orang akan setuju pada kenyataan bahwa orang tertentu adalah politisi. Satu melihat dirinya sebagai seorang wanita baik yang ingin membantu orang dan berdasarkan kenyataan orang menilai untuk dirinya. Kenyataannya orang lain adalah bahwa politisi menyisihkan uang untuk rakyat dalam memiliki tujuan untuk memenangi hati dari rakyat. Oleh karena itu orang ini memberi suara padanya (wanita). Dalam terapi, di sebut sebagai merubah perasaan dan merubah persepsi.
c) Organisme
Bereaksi sebagai Terorganisir yang utuh,Seseorang mungkin lapar, tetapi karena harus menyelesaikan laporan. Maka, orang tersebut akan melewatkan makan siang. Dalam psikoterapi, klien sering menjadi lebih jelas tentang apa yang lebih penting bagi mereka. Sehingga perubahan perilaku di arahkan dalam tujuan untuk di klasifikasikan. Seorang politisi dapat memutuskan untuk tidak mrncalonkan diri untuk mendapatkan jabatan karena ia memutuskan bahwa kehidupan keluarganya lebih penting dari pada mencalonkan diri sebagai pejabat.
d) Konsep Diri.
Istilah – istilah mengacu pada gesalt, terorganisir konsisten, konseptual terdiri dari persepsi karakteristik “I” atau “saya” dan persepsi tentang hubungan dari “I” atau “Aku” kepada orang lain dan berbagai aspek kehidupan, bersama dengan nilai – nilai yang melekat pada persepsi ini. Menurut Gesalt kesadaran merupakan cairan dan proses perubahan.
e) Symbolization.
Ini adalah proses di mana individu menjadi sadar. Ada kecenderungan untuk menolak simbolisasi untuk pengalaman berbeda dengan konsep dirinya. Misalnya, orang – orang menganggap dirinya benar akan cenderung menolak simbolisasi tindakan berbohong. Pengalaman ambigu cenderung di lambangkan dengan cara yang konsisten dengan konsep diri. Seorang pembicara kurang percaya diri dapat di lambangkan khalayak diam sebagai terkesan, orang yang percaya diri dapat melambangkan sebuah kelompok yang penuh perhatian dan tertarik.
f)  Penyesuaian Psikologis & Ketidakmampuan Menyesuaikan diri.
Hal ini mengacu pada konsistensi, atau kurangnya konsistensi, antara pengalaman individu sensorik dan konsep diri. Sebuah konsep diri yang mencakup unsur – unsur kelemahan dan ketidaksempurnaan memfasilitasi simbolisasi dari pengalaman kegagalan. Kebutuhan untuk menolak atau mendistorsi pengalaman seperti tidak ada dan karena itu menumbuhkan kondisi penyesuaian psikologis.
g) Organismic Valuing Process.
Ini adalah proses yang berkelanjutan di mana individu bebas bergantung pada bukti indra mereka sendiri untuk membuat penilaian. Hal ini yang berbeda dengan sistem fixed menilai intrijected di tandai dengan “kewajiban” dan “keharusan” dan juga dengan apa yang seharusnya benar / salah. Proses menilai organismic konsisten dengan hipotesi
h) The Fully Functioning Person.
Rogers mendefinisikan mereka yang bergantung pada Organismic valuing process seperti Fully functioning person. Dapat mengalami semua perasaan mereka, ketakutan, memungkinkan kesadaran bergerak bebas di dalam pikiran mereka dan melalui pengalaman mereka.
2.   Unsur-Unsur Terapi
Ø  Peran Terapis,
Menurut Rogers, peran terapis bersifat holistik, Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk tumbuh. Rogers, juga menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari bahasa verbal dan nonverbal klien dan merefleksikannya kembali. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin di capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial.
Ø  Tujuan Terapis
Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan – tujuan atau nilai – nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan – perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata – kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.


Sumber : 
wardalisa.staff.gunadarma.ac.id/.../Materi+10+-+TeoriKepribadianEmilFrankl.pdf

Komentar

Postingan Populer