Kepuasan Kerja
Definisi Kepuasan Kerja Karyawan
Wexley dan Yukl (dalam Bangun, 2012)
mengatakan bahwa kepuasan kerja merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap pekerjaannya.
Bermacam-macam sikap seseorang terhadap pekerjaannya mencerminkan pengalaman
yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam pekerjaannya serta harapan-harapannya
terhadap pengalaman masa depan. Pekerjaan yang menyenangkan untuk dikerjakan
dapat dikatakan bahwa pekerjaan itu memberi kepuasan bagi pemangkunya. Kejadian
sebaliknya, ketidakpuasan akan diperoleh bila suatu pekerjaan tidak
menyenangkan untuk dikerjakan. Sedangkan menurut Noe at. el. (dalam Bangun,
2012) mengatakan bahwa job satisfaction as a pleasurable feeling that result
from the perception that one’s job fulfillment of one’s important job values.
Berdasarkan
definisi tersebut bahwa kepuasan kerja terdiri dari tiga aspek penting,
kepuasan kerja merupakan suatu fungsi nilai, persepsi dan perbedaan menurut
tenaga kerja mengenai yang seharusnya mereka terima. Kepuasan kerja menurut
Robbins dan Coulter (2010) mengacu pada sikap yang lazim ditunjukkan seseorang
terhadap pekerjaannya. Seseorang dengan kepuasan kerja yang tinggi memiliki
sikap positif terhadap pekerjaannya. Seseorang yang tidak puas memiliki sikap
negatif. Ketika orang-orang membicarakan sikap karyawan, biasanya merujuk pada
kepuasan kerja. Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual.
Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan
sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan
dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi kepuasannya
terhadap kegiatan tersebut dengan demikian, Rivai dan Sagala (2009)
mendefinisikan kepuasan kerja merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang
atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam
bekerja. Kepuasan kerja (job satisfaction) dapat didefiniskan sebagai suatu perasaan
positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi
karakteristiknya (Robbins dan Judge, 2008). Menurut Mathis dan Jackson (2006)
kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang positif yang
merupakan hasil dari evaluasi pengalaman kerja seseorang. Ketidakpuasan kerja
muncul ketika harapan seseorang tidak terpenuhi. Berdasarkan definisi dari
beberapa ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil
evaluasi yang menggambarkan individu atas sikap yang ditunjukkan puas atau
tidak puas terhadap pengalaman kerja yang dilakukannya.
Teori-Teori Kepuasan Kerja Karyawan
Menurut
Wexley dan Yukl (dalam Bangun, 2012) mengatakan bahwa ada tiga teori tentang
kepuasan kerja, yaitu:
1. Teori
Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory)
Teori ini
pertama kali dikemukakan oleh Porter (dalam Bangun, 2012) yang mendefinisikan
bahwa job satisfaction is the difference between how much of something there
should be and how much there is now. Setiap orang menginginkan agar sejumlah
pekerjaan yang telah disumbangkan kepada pemberi kerja akan dihargai sebesar
yang diterima secara kenyataan. Seseorang yang terpuaskan bila tidak ada
selisih antara situasi yang diinginkan dengan
sebenarnya
diterima. Dengan kata lain, jumlah yang disumbangkan ke pekerjaannya bila
dikurangi dengan apa yang diterima secara kenyataan hasilnya adalah nol, dapat
dikatakan pekerjaan tersebut memberikan kepuasan kerja. Semakin besar
kekurangan atau selisih dari pengurangan tersebut, semakin besar ketidakpuasan.
Keadaan sebaliknya, jika terdapat lebih banyak jumlah faktor pekerjaan yang
dapat diterima yang menimbulkan kelebihan atau menguntungkan, maka orang yang
bersangkutan akan sama puasnya bila terdapat selisih dari jumlah yang diinginkan.
2. Teori
Keadilan (Equity Theory) Teori keadilan pertama kali dikemukakan oleh Zalenzik,
kemudian dikembangkan oleh Adams (dalam Bangun, 2012). Teori ini menunjukkan
kepada seseorang merasa puas atau tidak puas atas suatu situasi tergantung pada
perasaan adil (equity) atau tidak adil (inequity). Perasaan adil atau tidak
adil atas suatu situasi didapat oleh setiap orang dengan cara membandingkan
dirinyadengan orang lain pada tingkat dan jenis pekerjaanya yang sama, pada tempat
maupun di tempat yang berbeda. Wexley dan yukl (dalam Bangun, 2012) mengatakan
bahwa komponen utama dari teori ini adalah input, outcomes, comparison persondan
equity - inequity:
1) Input apa saja yang bernilai yang
dipersepsikan oleh karyawan sebagai kontribusinya terhadap pekerjaanya seperti:pendidikan,
pengalaman, keterampilan, jumlah usaha yang telah dikerjakan, jumlah jam kerja
dan peralatan serta bahan-bahan milik pribadi yang telah digunakan dalam
bekerja.
2) Outcomes apa saja yang bernilai
yang dipersepsikan karyawan sebagai hasil yang telah diperoleh dari pekerjannyaseperti:
gaji, tunjangan, tanda kebesaran, pengakuan dan peluang untuk berprestasi atau
berekspresi diri.
3) Comparison person seseorang atau
sejumlah orang yang bekerja di perusahaan yang sama dengan dirinya atau bekerja
di perusahaan lain atau dapat pula dirinya ketika berada pada posisi sebelumnya
yang dijadikan dasar perbandingan dengan dirinya.
4) Equity – Inequity Menurut teori
ini seorang karyawan menilai keadilan kerjanya dengan cara membandingkan rasio outcome
: input dirinya dengan rasio outcome : inputdari satu atau lebih comparison
person. Jika perbandingan kedua rasio tersebut 10equal, maka karyawan akan
mempersepsikan suatu keadilan, jika perbandingannya unequal, maka karyawan akan
mempersepsikan adanya ketidakadilan.
3.Teori Dua
Faktor
(Two Factor
Theory)Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herzberg (dalam Bangun, 2012).
Menurut teori ini, karakteristik pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori yang satu dinamakan “dissatisfier” atau “hygiene factors” dan yang
lain dinamakan “satisfier” atau “motivators” yaitu:
1) Faktor-faktor
kepuasan disebut satisfier adalah kemajuan, pengakuan, tanggung jawab,
perkembangan karir dan pekerjaan itu sendiri. Apabila faktor-faktor tersebut
ditingkatkan akan membantu perbaikan prestasi, menurunkan perputaran dan absensi
kerja dan menunjang sikap yang lebih baik terhadap manajemen.
2) Sedangkan
faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan (dissatisfier) meliputi hal-hal
seperti kondisi dan kemudahan dalam pekerjaan, kebijakan-kebijakan
administratif,hubungan dengan manajemen, teknis para penyelia, sistem penggajian
stabilitas pekerjaan dan hubungan dengan rekan kerja. Herzeberg (dalam Bangun,
2012) menegaskan bahwa bila kualitas penunjang kepuasan itu kurang dari memadaiakan
terjadi ketidakpuasan diantara karyawan.
II. Indikator Kepuasan Kerja Karyawan
Menurut Rivai dan Sagala (2009)
secara
teoritis, faktor-faktor yang dapat memengaruhi kepuasan kerja sangat banyak
jumlahnya, seperti gaya kepemimpinan, produktivitas kerja, perilaku, locus of
control, pemenuhan harapan penggajian dan efektivitas kerja. Faktor-faktor yang
biasanya digunakan untuk mengukur kepuasan kerja seorang karyawan adalah:
1. Isi pekerjaan, penampilan tugas
pekerjaan yang aktual dan sebagai kontrol terhadap pekerjaan
2. Supervisor
3. Organisasi dan manajemen
4. Kesempatan untuk maju
5. Gaji dan keuntungan dalam bidang
finansial lainnya seperti adanya insentif
6. Rekan kerja
7. Kondisi pekerjaan
Selain itu, menurut Job Descriptive Index (JDI) (dalam
Rivai dan Sagala, 2009) faktor penyebab kepuasan kerja ialah:
1. Bekerja pada tempat yang tepat
2. Pembayaran yang sesuai
3. Organisasi dan manajemen
4. Supervisi pada pekerjaan yang tepat
5. Orang yang berbeda dalam pekerjaan yang tepat
III. Konsekuensi Ketidakpuasan Kerja
Karyawan
Robbins dan Judge (2008) mengatakan bahwa ada konsekuensi
ketika karyawan menyukai pekerjaan mereka dan ada konsekuensi ketika karyawan
tidak menyukai pekerjaan mereka. Sebuah kerangka teoritis (kerangka keluar,
aspirasi, kesetiaan dan pengabaian) sangat bermanfaat dalam memahami
konsekuensi dari ketidakpuasan. Respon-respon tersebut didefinisikan sebagai
berikut:
1. Keluar (Exit)
Perilaku
yang ditunjukkan untuk meninggalkan organisasi, termasuk mencari posisi baru
dan mengundurkan diri.
2. Aspirasi (Voice)
Secara aktif
dan konstruktif berusaha memperbaiki kondisi, termasuk menyarankan perbaikan,
mendiskusikan masalah dengan atasan dan beberapa bentuk aktivitas serikat
kerja.
3. Kesetiaan
(Loyalty)
Secara pasif
tetapi optimistis menunggu membaiknya kondisi, termasuk membela organisasi
ketika berhadapan dengan kecaman external dan mempercayai organisasi dan
manajemen untuk melakukan hal yang benar.
4. Pengabaian
(Neglect)
Secara pasif
membiarkan kondisi menjadi lebih buruk, termasuk ketidakhadiran atau
keterlambatan yang terus-menerus, kurangnya usaha dan meningkatnya angka
kesalahan.
Dalam review jurnal kali ini, kami akan membahas
jurnal yang berjudul “Kepuasan Kerja, Semangat Kerja, dan Komitmen
Organisasional pada Staf Pengajar Universitas Gunadarma”. Jurnal tersebut
ditulis oleh Ursa Majorsy yang diterbitkan pada bulan Desember tahun 2007 dalam
Jurnal Psikologi, volume 1 nomor 1.
Dalam jurnal tersebut,
penulis mulai mendefinisikan pengertian komitmen organisasional dari Robbins
yang selanjutnya penulis menuliskan pendapatnya mengenai pentingnya
organisasional. Dalam jurnal tersebut, penulis juga menyelipkan komponen-komponen
organisasional pada teori Meyer dan Aleen (1997) yang sekaligus dijadikan
pedoman oleh penulis untuk penelitian tersebut.
Dalam jurnal tersebut, penulis tidak hanya menyebutkan komponen saja tetapi
juga menjelaskan dari tiap komponen komponen tersebut. Selanjutnya, penulis
mulai mengkaitkan komitmen organisasional dengan kepuasan kerja dan diikuti
oleh pendapat Juliandi (2004). Penulis juga memasukkan beberapa pendapat
mengenai kepuasan kerja. Setelah pendapat tokoh mengenai kepuasan kerja, penulis
menuliskan beberapa pendapat mengenai semangat kerja. Penulis juga menuliskan
beberapa faktor menurunnya semangat kerja. Diakhir pembahasan mengenai semangat
kerja, penulis menuliskan empat aspek semangat kerja menurut Maier (1995).
Dalam penelitian
ini, penulis melibatkan 65 orang staf pengajar Universitas Gunadarma, baik laki
laki maupun perempuan. Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik sampling dan subjek penelitian adalah purposive sampling. Teknik pengambilan
data dilakukan dengan mengisi kuisioner atau angket. Kuisioner terdiri dari
identitas subjek, skala kepuasan kerja, skala semangat kerja, dan skala
komitmen organisasional. Perhitungan uji validitas dan reliabilitas serta
analisis data, penulis menggunakan Program
SPSS ver 12.0
Setelah
diambil data, diketahui bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
diterima, hal ini dibuktikan dengan hasil uji ANOVA atau F-Test. Diketahui bahwa untuk kepuasan kerja dan semangat kerja
terhadap komitmen organisasional diperoleh nilai F sebesar 34.739 dengan
tingkat signifikan 0.000 yang artinya ada pengaruh yang signifikan pada
kepuasan kerja dan semangat kerja terhadap komitmen organisasional. Untuk
kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional diperoleh 9.819 dengan tingkat
signifikan 0.003 yang berarti ada pengaruh yang signifikan dari kepuasan kerja
dan komitmen organisasional. Selanjutnya untuk semangat kerja terhadap komitmen
organisasional diperoleh F sebesar 66.464 dengan tingkat signifikan 0.000 yang
berarti ada pengaruh antara semangat kerja dan komitmen organisasional. Tidak
hanya menunjukan hubungan antar variabel, penulis juga menunjukkan hasil dari
penelitian tersebut. Pada bagian kesimpulan, penulis menunjukkan adanya
pengaruh dari semangat kerja dan kepuasan kerja terhadap komitmen
organisasional
Pendapat
Menurut saya jurnal
tersebut sudah baik, baik dari segi materi maupun dari segi penelitian dan pada saat pengambilan data. Namun, menurut kami penulis kurang
banyak menuliskan definisi dari tokoh tokoh mengenai komitmen organisasional,
semangat kerja, dan kepuasan kerja yang apabila ditambahkan bisa diharapkan
agar pembaca dapat membuat suatu kesimpulan mengenai definisi komitmen
organisasional, semangat kerja, dan kepuasan kerja.
Sumber:
Moeljono, D. (2003). Budaya Korporat dan Keunggulan
Korporasi. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Tangkilisan, H. N. S. (2005). Manajemen Publik.
Jakarta : Grasindo.
Wijono, S. (2010). Psikologi Industri dan Organisasi.
Jakarta : Kencana.
https://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-1-00437-MN%20Bab2001.pdf
Komentar
Posting Komentar